Malang-Puluhan warga yang tergabung dalam PELITA (Pelindung Tanah Air) Nusantara menggelar aksi penolakan terhadap aktivitas Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Malang pada Senin, 01/12/2025 di Kayoe Tangan Heritage, Kota Malang. Aksi dipimpin langsung oleh Pendiri PELITA Nusantara Damanhury Jab, disertai pembakaran bendera AMP dan bendera Papua Merdeka.
“Kota Malang bukan tempat bagi gerakan separatis. NKRI berdiri tegak di sini,” tegas Damanhury dalam orasi pembuka.
PELITA Nusantara menuding AMP Malang melakukan propaganda dan perekrutan terselubung di lingkungan akademik. Mereka menyebut aktivitas tersebut mengganggu stabilitas dan kedamaian kota pendidikan ini.
“Kami menolak upaya pemecah belah yang dibungkus isu kemanusiaan,” kata Damanhury.
Sebagai simbol penolakan, massa membakar bendera AMP serta bendera Papua Merdeka. Aksi ini disambut teriakan “NKRI Harga Mati” dari peserta.
Damanhury menyebut langkah itu sebagai bentuk perlawanan warga Malang terhadap gerakan disintegrasi.
Dalam aksi tersebut, PELITA Nusantara mendesak aparat bertindak tegas terhadap aktivitas kelompok yang dianggap membawa agenda pemisahan diri.
“Kami hanya meminta penegakan hukum yang seharusnya,” ujarnya.
PELITA Nusantara membacakan 11 poin sikap, antara lain menolak keberadaan AMP Malang, menolak kota dijadikan basis konsolidasi separatis, menolak penggunaan simbol Free West Papua, dan menegaskan bahwa tindakan separatis tidak akan diberi ruang di Kota Malang.
Aksi ditutup dengan deklarasi bahwa warga Malang tetap menjadi benteng terhadap upaya yang mengancam persatuan.
“Malang aman karena warganya menjaga. Tidak ada ruang bagi separatis di kota ini,” tutup Damanhury.(*)

Posting Komentar